ArahBatin.com | Dalam kitab Hidayatul Adzkiya’, Syekh Zainuddin al-Malibari membahas tentang cinta kedudukan dan harta.
لاَ تَطْلُبَنْ عِنْدَ الْمُهَيْمِنِ مَنْزِلَةْ إِنْ كُنْتَ تَطْلُبُ عِنْدَ نَاسٍ مَنْزِلاَ
Jangan sekali-kali mencari kedudukan di hadapan Allah yang Maha mengetahui, apabila engkau masih berharap kedudukan dari sesama manusia.
Jangan kau mencari kedudukan yang mulia di sisi Allah jika kamu masih mencari kedudukan di sisi manusia. Makna “al-Muhaimin” adalah Dzat yang menyaksikan setiap orang yang melakukan amal atau Dzat yang mengetahui segala sesuatu, yaitu Allah Swt.
Penjelasan
Nadzam bait ini mengambil dari perkataan Abu Bakar al-Waraq, “Wahai salik, jangan kau mencari kedudukan di sisi Allah kelak di akhirat selama engkau masih mencari kedudukan di hati manusia, karena hal itu mengumpulkan dua hal yang bertentangan, maka muhal dan merusak semua amal ibadah, karena orang yang mencari kedudukan di hati manusia itu hatinya akan condong pada manusia, semua perilakunya adalah riya’, sebab setiap perilaku dan ucapannya ingin dilihat manusia agar dipuji. Orang seperti ini adalah orang yang munafik sejati. Adapun penyebab hal tersebut adalah tamak atau serakah terhadap hak manusia, tidak bisa selesai kecuali dengan qana’ah.”
Dalam nadzam ini, Syekh Zainuddin al-Malibari mencegah kita untuk cinta dunia dan kedudukan, karena ada banyak ayat dan hadits yang mencela sifat tersebut, seperti disebutkan dalam al-Qur’an;
تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِيْنَ لَا يُرِيْدُوْنَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا
Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan (dengan berbuat maksiat) di (muka) bumi (QS. al-Qashash [28]: 83)
حُبُّ الْمَالِ وَالْجَاهِ يُنْبِتَانِ النِّفَاقَ فِى الْقَلْبِ كَمَا يُنْبِتُ الْمَاءَ الْبَقْلَ
Cinta harta dan kedudukan menumbuhkan sifat munafik dalam hati, sebagaimana air menumbuhkan sayuran
مَا ذِئْبَانِ ضَارِبَانِ اُرْسِلَا فِيْ زَرْتِيْبَةِ غَنَمٍ بِأَكْثَرَ فَسَادًا مِنْ حُبِّ الْمَالِ وَالْجَاهِ فِيْ دِيْنِ الرَّجُلِ الْمُسْلِمِ
Dua ekor macan yang dilepaskan di kandang kambing itu tidak lebih berbahaya dibanding cinta harta dan kedudukan yang ada di dalam hati seorang laki-laki muslim.
Maksudnya, orang yang cinta harta dan kedudukan itu lebih merusak pada agamanya, sampai hilang keislamannya berganti munafik, berbeda dengan dua ekor macan, belum tentu bisa menghabiskan kambing satu kandang. Maka cinta harta dan kedudukan adalah perusak terbesar yang harus dibuang.
Seseorang tidak akan bisa shidiq dan ikhlas dalam melakukan amal kebaikan selama masih cinta harta dan kedudukan, karena bagi orang yang khas, shidiq dan ikhlas itu harus ada dalam setiap amal ibadah. Wallahu A’lam Bishawab.