November 9, 2024
2
Bagikan di akun sosial media anda

ArahBatin.com | Ketika kamu telah mengetahui bahwa ilmu itu ada tiga, Syariat, tarekat dan hakikat, maka dengarkanlah perumpamaan para ulama dalam menjelaskan ketiga ilmu tersebut.

فَشَرِيْعَةٌ كَسَفِيْنَةٍ وَطَرِيْقَـةٌ كَالْبَحْرِ ثُـمَّ حَقِيْقَةٌ دُرٌّ غَلاَ

Syariat itu laksana perahu, tarekat itu laksana samudera dan hakikat itu laksanan mutiara yang tak ternilai harganya

Perumpamaan ilmu syariat itu seperti perahu, perumpamaan ilmu tarekat seperti lautan dan perumpamaan ilmu hakikat itu seperti intan yang mahal harganya, yang berada di dalam lautan.

Penjelasan

Para ulama telah membuat perumpamaan untuk tiga ilmu tersebut, yakni ilmu syariat, tarekat dan hakikat.

Ilmu syariat itu laksana perahu, maksudnya seperti perahu yang dipakai alat untuk mencapai tujuan, seorang hamba tidak akan bisa menggapai kebahagiaan abadi kecuali dengan mengendarai perahu ilmu syariat, maksudnya menjalankan aturan syariat.

Ilmu tarekat itu laksana lautan. Lautan itu tempatnya sesuatu yang dituju, bukan hakikat sesuatu yang dituju, sebagaimana shalat, tujuannya bukan shalatnya itu, melainkan bisa wushul pada Allah dengan makrifat tertentu, bisa mendekatkan diri pada Allah dan timbulnya mahabbah (kecintaan) pada Allah Swt. Shalat dan puasa itu ibarat lautan tempat intan mutiara. Perahu tak bisa berjalan di daratan, begitu juga tidak bisa menjalankan Syariat tanpa tarekat, dan intan permata (ilmu hakikat) tidak akan ditemukan dalam jalan kemaksiatan (melanggar aturan ilmu syariat).

Ilmu hakikat itu laksana intan permata yang mahal harganya yang berada di dasar lautan, seseorang tidak akan mendapatkan intan permata tanpa menyelam di lautan dan tidak bisa mengarungi lautan tanpa menggunakan perahu. Ketika seseorang telah naik kapal syariat kemudian mengarungi lautan tarekat, menyelam ke dasar lautan, meninggalkan perahu untuk mencari intan mutiara, saat itu, dia tidak lagi memikirkan perahu dan lautan, dia hanya memikirkan intan mutiara. Seorang mukmin wajib menjalankan syariat dengan baik, dari segi rukun, syarat, kesunnahan dan adabnya, selanjutnya menenggelamkan diri dalam samudera shalat dan puasa, atau ibadah lainnya, kemudian dia lupa akan shalat dan amal perbuatannya, dia hanya merasa dan meyakini bahwa semuanya hanya karena pertolongan dari Allah Swt., billah, minallah dan ilallah, semuanya dari Allah Swt. Inilah perumpamaan intan permata itu, yakni makrifat pada Allah Swt.

Apabila ada orang yang mengaku bisa makrifat Allah dengan merasa tentramnya hati tanpa menjalani laku syariat maka orang itu pasti sesat dan terbawa pengaruh setan, karena Allah Swt. telah berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي

Katakanlah: “Bila kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku.” (QS. Ali Imran [3]: 31)

Maka perbuatan apapun yang tidak sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad Saw. pastilah sesat.

Sebagian ulama membuat perumpaan dengan buah kelapa. Ilmu syariat itu seperti batoknya kelapa, ilmu tarekat laksana kelapa, dan ilmu hakikat laksana minyak kelapa. Seseorang tidak bisa mengambil kelapa tanpa membuka atau memecah batoknya, dan tidak bisa mendapatkan minyak kelapa kecuali dengan memasak kelapa sampai keluar minyaknya. Seperti itulah orang mukmin, harus menjalankan syariat, mujahadah dan takwa, maka baru akan berhasil menggapai ilmu hakikat, merasa bahwa semuanya hanya dari Allah Swt. semata.

Disadur dari Buku Tasawuf Kiai Sholeh Darat, Sahifa, 2021

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page