September 15, 2024
Bagikan di akun sosial media anda

ArahBatin.com | Diceritakan dari Jarir dari Laits. Dia berkata, bahwa suatu ketika seorang laki-laki menemani Isa bin Maryam as. Laki-laki berkata, “Aku ingin bersama dan menemani engkau.” Kemudian mereka berdua berangkat dan berhenti di tepi sungai. Mereka berdua duduk sambil menyantap makanan; mereka membawa tiga potong roti. Dua potong roti sudah mereka habiskan, tinggal satu potong yang tersisa. Isa as. pergi ke sungai untuk meminum air. Setelah minum ia kembali ke tempat semula. Tiba-tiba roti yang sepotong tadi tidak ada. Hilang!

Isa as. bertanya kepada sahabatnya, “Siapa yang telah mengambil rotiku?”

Sahabatnya menjawab, “Aku tidak tahu.”

Kemudian Isa as. melanjutkan perjalanan bersamanya. Mereka melihat rusa dan dua anak rusa. Kemudian Isa me­ngam­bil salah satu anak rusa itu dan menyembelihnya, dipanggangnya, dan dimakannya bersama sahabatnya. Setelah itu, Isa berkata kepada anak rusa, “Bangkitlah, dengan izin Allah!” Anak rusa itu pun bangkit dan bergegas pergi!

Isa berkata kepada sahabatnya itu, “Dengan kekuasaan Allah yang engkau lihat ini, aku ingin bertanya kepadamu, siapa yang mengambil roti tadi?”

Sahabatnya itu tetap pada jawabannya semula. “Aku tidak tahu.”

Kemudian mereka berjalan dan berhenti di tepi danau. Isa menggandeng tangan sahabatnya untuk melintasi air. Ketika su­dah melewati air, beliau berkata kepada sahabatnya, “De­ngan kekuasaan Allah yang engkau lihat ini, aku ingin berta­nya, siapa yang mengambil roti tadi?”

Sahabatnya tetap pada jawabannya. “Aku tidak tahu.”

Mereka kemudian melanjutkan perjalanan dan berhenti di padang sahara. Mereka berdua duduk lalu Isa mengumpulkan pasir hingga membukit. Ia berkata kepada pasir tersebut, “Jadilah kamu emas dengan izin Allah!” Dan pasir itu pun menjadi emas.

Isa membaginya menjadi tiga bagian. Isa berkata, “Sepertiga untukku, sepertiga untukmu, dan sepertiganya lagi untuk yang mengambil roti.”

Tiba-tiba sahabatnya itu mengaku, “Akulah yang mengambil roti itu.”

Lalu Isa berkata, “Kalau begitu, ini semuanya untukmu.” Setelah itu, beliau pergi dan berpisah dengan sahabatnya.

Beberapa saat kemudian datanglah dua orang melintas dan melihat seseorang yang sedang menunggui emas. Kedua laki-laki ini ingin memilikinya dan membunuh pemiliknya. Si penunggu emas ini berkata, “Tunggu dulu, mari kita bagi-bagi bertiga, tetapi dengan catatan, salah satu dari kalian pergi ke perkampungan guna membeli makanan untuk kita makan bersama-sama.” Kemudian diutuslah salah satu dari mereka.

Orang yang berangkat membeli makanan, dalam perjalan­an­nya berpikir, “Untuk apa harta itu aku bagi-bagi kepada me­reka? Lebih baik aku racuni makanannya, sehingga mereka mati dan aku bisa mengambilnya dengan mudah.” Kemudian laki-laki ini melakukan rencananya.

Sementara dua orang yang menunggu di belakang mempu­nyai rencana yang tak kalah gilanya. Mereka berkata, “Buat apa harta ini dijadikan tiga? Apa tidak lebih baik kalau nanti dia sudah kembali kita bunuh dan kita bagi dua harta ini.” Setelah yang membeli makanan tadi kembali, dibunuhlah ia dan me­re­ka berdua memakan makanan itu. Akhirnya, mereka se­mu­a­nya mati dan harta tinggallah harta di padang sahara. Mereka bertiga telah mati.

Setelah itu Isa as. kembali melewati tempat itu dan meli­hat apa yang terjadi kepada mereka, lalu berkata kepada sahabatnya, “Itulah dunia, maka berhati-hatilah!”

Sekelumit syair indah menyebutkan,

Wahai orang yang menikmati dunia dan hiasannya
Matanya tidak pernah terpejam dari kelezatan
Engkau sibukkan dirimu dengan yang tidak engkau temui
Apa yang akan engkau katakan kepada Allah
ketika berte­mu dengannya

Syair lainnya mengatakan,

Pernah kutegur dunia karena diagungkan oleh orang bodoh
dan menelantarkan pemilik keistimewaan. Ia (dunia) berkata,
“Maafkan aku! Orang-orang bodoh itu adalah anak-anakku.
Karena itu aku mengangkat mereka
Sedangkan mereka yang bertakwa adalah
anak tiri kemudharatanku yang lain

Mahmud al-Bahili berkata,

Ingatlah, dunia itu fitnah bagi seseorang
Bagaimanapun juga; baik engkau mendapatkan
atau kehilangannya
Jika engkau mendapatkannya,
hadapilah dengan selalu bersyukur
Manakala ia menghilang, bersabarlah, dan kokohkan dirimu

Kisah ini disadur dari Buku Menyelami Isi Hati (Imam Al-Ghazali), Keira Publishing, 2022

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page