February 5, 2025
2
Bagikan di akun sosial media anda

ArahBarin.com | Ketika perilaku para guru dalam menjalankan tarekat itu bermacam-macam, maka Syekh Zainuddin al-Malibari menjelaskannya dengan berkata:

Masing-masing dari kaum sufi itu mempunyai tarekat yang dipilihnya dari beberapa tarekat yang ada, yang bisa menghantarkan-nya wushul ke hadratillah.

Setiap Syekh memiliki jalan sendiri yang dipilihnya dari banyaknya jalan yang ada, yang mana dari jalan yang dipilih itulah, mereka bisa wushul pada Allah Swt.

Penjelasan

Sesungguhnya jalan yang bisa menjadikan wushul pada Allah itu banyak dan bermacam macam, karenanya Syekh Zainuddin al-Malibari berkata:

Seperti, duduk mengajar sesama manusia, memperbanyak wirid-wirid, seperti: puasa dan shalat

Dan seperti: berkhidmah untuk kepentingan umum dan mencari kayu bakar, kemudian uang yang dihasilkan dari penjualan kayu tersebut disedekahkan.

Seperti duduknya Syekh di depan banyak orang dengan tujuan mengajar tentang ibadah dan budi pekerti yang baik, memperbanyak membaca tasbih, shalawat, al-Qur’an, atau dzikir pada Allah, dan termasuk wirid adalah puasa dan shalat.

Dan (termasuk juga jalan tarekat) seperti melayani para ulama dan orang-orang saleh, seperti memikul kayu kemudian dijual di pasar, lalu uang hasil penjualan kayu dibuat untuk sedekah. Itu semua termasuk jalan menuju wushul pada Allah Swt.

Penjelasan

Sesungguhnya para syekh memiliki musallik, yakni jalan menuju makrifat dan wushul pada Allah Swt., di mana dengan jalan tersebut, mereka bisa wushul pada Allah Swt.

Ada sebagian kaum yang tarekatnya mengajar manusia ilmu tentang ibadah dan budi pekerti yang baik. Imam al-Ghazali berkata, “sesiapa yang mengerti akan salah satu ilmu, lalu ia amalkan, kemudian diajarkan kepada manusia, maka orang itu dijuluki dan dipanggil sebagai orang yang agung di tujuh kerajaan langit. Orang itu seperti matahari, dia sendiri terang dan bisa menerangi yang lain, juga seperti minyak misik, dia sendiri harum dan bisa mengharumkan yang lain. Orang yang menjadi guru dan mengajar masyarakat, maka dia mengemban pekerjaan yang mulia, selayaknya dia menjaga akhlaqnya sebagai seorang guru.”

Ada sebagian kaum yang tarekatnya memperbanyak wirid, seperti shalat, puasa, membaca al-Qur’an dan membaca tasbih. Ada yang dalam sehari semalam shalat 1000 rakaat, ada yang 100 rakaat, minimal shalat rawatib 17 rakaat dalam sehari semalam. Inilah kebiasaan mayoritas orang-orang saleh.

Ada sebagian kaum yang tarekatnya melayani para ulama, orang sufi dan ahlullah. Ini lebih utama daripada shalat sunnah, karena selain melakukan ibadah juga menolong orang lain. Sayyid Abdul Qadir al-Jilani berkata: “Saya bisa wushul pada Allah bukan sebab shalat malam dan puasa di siang harinya, tapi sebab sifat dermawan, tawadlu’ dan selamatnya hati.”

Ada sebagian kaum yang tarekatnya mencari kayu kemudian dijual ke pasar, uang hasil penjualannya diberikan kepada orang-orang fakir. Ini merupakan ibadah yang utama, karena bisa menghinakan hawa nafsu dan menghilangkang sifat kibr (sombong) dan mendapatkan doa dari orang-orang Islam.

Kesimpulannya, tarekat itu bermacam-macam, mana yang cocok sesuai warid yang masuk ke hati, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam kitab al-Hikam karya Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari.

Disadur dari Buku Tasawuf Kiai Sholeh Darat. Sahifa. 2021

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page