ArahBatin.com | Imam al-Ghazali dilahirkan oleh ibunya di daerah Thusi pada tahun 450 H, beliau wafat pada hari Senin pagi tanggal 14 Jumadil Akhir tahun 505 H. Adapun masanya al-Qutbu ar-Rabbani asy-Syarif asy-Syekh Abdul Qadir al-Jilani itu pada tahun 546 H. Ayah Imam al-Ghazali adalah seorang lelaki fakir saleh yang pekerjaanya membersihkan bulu kambing untuk dibuat sebagai bahan pakaian. Ayahnya gemar mendengarkan petuah para Ulama, bersikap tawadhu’, gemar berbuat baik dan infaq pada mereka semampunya.
Saat mendengar petuah para Ulama, dia sering meneteskan air mata kemudian memohon kepada Allah Swt. agar dikaruniai seorang anak yang kelak akan menjadi ulama yang mampu menasihati hamba-hamba Allah. Doanya dikabulkan oleh Allah Swt., dia dikaruniai dua anak laki-laki yang diberi nama Muhammad dan Ahmad.
Muhammad mendapat julukan Abu Hamid yang kelak akan menjadi Ulama dan Imam pada zamannya, yaitu Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Hamid al-Ghazali, pemilik kitab Ihya’ Ulumiddin, tokoh yang menguasai semua cabang keilmuan, termasuk ilmu kedokteran, ilmu hikmah, ilmu filsafat dan lainnya, beliau menjadi murid Imam al-Haramain.
Adapun adiknya, yakni Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Hamid al-Ghazali menjadi orang alim dan pemberi nasihat, ketika dia menyampaikan nasihat, maka pecahlah hati-hati yang keras, orang-orang yang menghadiri majelisnya akan bergetar dan menangis, kemudian mau mempelajari ilmu tarekat dan tasawuf sebelum ruh tercerabut dari raga mereka.
Syekh Ahmad al-Ghazali berkata, “Kakakku, Muhammad al-Ghazali saat waktu Shubuh di hari Senin, dia berwudhu kemudian melakukan shalat dua rakaat, setelah selesai, dia berkata, “Ambilkan aku kain kafan”, dia mengambil kain kafan, mencium dan meletakkan di kedua matanya sambil berkata “Aku mendengar dan mentaati panggilanmu wahai raja para raja”, dia tidur telentang menghadap kiblat kemudian wafat sebelum sinar matahari tampak terang.” Semoga Allah Swt. mensucikan ruhnya.
Imam al-Ghazali hanya memiliki anak perempuan, tidak memiliki anak laki-laki. Imam al-Ghazali membagi waktunya untuk mengajar, membaca al-Qur’an dan mujalasah bersama Arbabil Qulub. Beliau berkunjung ke Baghdad, Baitul Muqaddas, Mesir dan melakukan ibadah haji ke Mekkah pada tahun 489 H, kemudian melanjutkan perjalanan ke Damaskus dan Khurasan, semuanya untuk tujuan mengajarkan dan menampakkan ilmu Syariat. Beliau pulang ke negara Thusi, membangun pondok untuk mengajar para fuqaha’ dan membangun ribath untuk khalwat para sufi.
Disadur dari buku Tasawuf Kiai Sholeh Darat. Sahifa. 2021