Sejauh pandang,
Samudera pasir menghampar
Menghimpun membukit,
Menadah lembah.
Pohon-pohon kurma bertumbuh
Tinggi menjulang, bercabang ke langit
Akar-akarnya menancap kuat, mengikat
Bumi serupa taburan pasir.
Aku berlindung, menepis terik
Kudengar suara membisik
Dalam hembus angin, menelisik
Dari pohon kurma, yang mungkin terusik.
“Akulah pohon terbaik, tak asal tumbuh
Serupa tauhid, yang tak asal tumbuh
Di hati kalian, yang berteduh.
Cabangku tinggi menggapai langit,
Serupa tauhid, melesak naik
Akarku menancap, serupa tauhid
Mengakar kuat, makrifat”.
Kutatap langit, selepasnya
Putih membiru, awan berarak
Menuntun lisan dan hatiku
Menyatu, membebas kufur.
Menyeru tauhid, berhimpun taufik
Menyatu, membebas maksiat.
Aku berlindung, pada Tuhan langit
Yang rahasianya, terjaga panah-panah api.
Ungaran, April 2022
Chris Triwarseno, lahir di Karanganyar, 14 Februari 1981. Alumi Teknik Geodesi UGM. Seorang karyawan swasta yang tinggal di Ungaran, Semarang. Penulis buku puisi Bait-bait Pujangga Sepi, aktif di beberapa komunitas literasi, beberapa karyanya diterbitkan di media seperti : Suara Merdeka, nongkrong.co, nadariau.com, negerikertas.com dan Arahbatin.com