مَا مِنْ نَفَسٍ تُبْدِيْهِ – إِلاَّ وَلَهُ قَدْرٌ فِيْكَ يُمْضِيْهِ.
Pada setiap desahan nafas yang kau hembuskan terdapat takdir Allah yang telah ditetapkan.
Setiap nafas yang keluar darimu telah ditakdirkan Allah, baik yang terkandung di dalamnya ketaatan, maksiat, nikmat maupun petaka. Setiap nafas yang keluar darimu adalah satu dari sekian takdir Allah untukmu, siapa pun dirimu. Karena itu, kau harus tetap menjaga kesopananmu di hadapan-Nya dan menyadari bahwa Dia selalu mengawasimu dalam setiap desahan nafasmu. Dengan begitu, maka di setiap nafas, kau menjadi seorang sâlik yang ingin meniti jalan menuju Allah. Inilah makna ungkapan “Jalan menuju Allah sebanyak desahan nafas seluruh makhluk.”
لاَ تَتَرَقَّبْ فَرَاغَ اْلأَغْيَارِ ، فَإِنَّ ذلِكَ يَقْطَعُكَ عَنْ وُجُوْدِ اْلمُرَاقَبَةِ لَهُ فِيْمَا هُوَ مُقِيْمُكَ فِيْهِ
Jangan menunggu rampungnya urusan duniawi, karena hal itu dapat membuatmu lupa akan pengawasan Allah atas ahwâl yang telah ditetapkan-Nya untukmu.
Urusan duniawi adalah kegelapan yang dapat menghalangi hati melihat Tuhan. Oleh karena itu, jangan menunggu rampungnya urusan duniawi, sebab bisa membuatmu lupa akan pengawasan Allah atas kondisi (ahwâl) yang telah ditetapkan untukmu, seperti ahwâl yang mengkondisikanmu melakukan amal-amal yang membuatmu sampai kepada-Nya.
Yang dituntut dari dirimu ialah senantiasa istiqamah dalam menjalani kebiasaanmu dan tetap merasa diawasi Allah. Jangan kau sibuk dengan segala hal yang masuk ke dalam hatimu, baik berupa kegelapan maupun cahaya. Karena hal itu justru akan memutusmu dari kebiasaanmu. Dianggap memutus, karena jiwamu selalu membisikimu dengan berkata, “Sekiranya kau ahli irâdah, maka perkara duniawi ini tidak akan masuk ke dalam hatimu dengan banyaknya ibadahmu,” sehingga hatimu sibuk dengan bisikan dan gangguan ini. Mungkin ia terus membisikimu agar kau melupakan apa yang menjadi tujuanmu, atau agar kau meninggalkan amal saleh. Biasanya sumber perkara duniawi ini adalah kekeruhan-kekeruhan dunia yang masuk ke dalam dirimu, dan ia merupakan perkara yang mau tidak mau harus kau hadapi.