February 6, 2025
2
Bagikan di akun sosial media anda

Amal itu ibarat jasad yang tak bernyawa. Sedangkan keikhlasan laksana ruh yang menjadikan jasad itu hidup. Keikhlasan setiap orang berbeda-beda. Keikhlasan para ‘abîd (ahli ibadah) berbentuk bersihnya amal mereka dari sifat riya yang nyata maupun yang tersamar dan jauh dari niat yang didasari hawa nafsu. Mereka beramal karena Allah, mengharap pahala-Nya dan ingin selamat dari azab dan siksa-Nya. Namun demikian, mereka menisbatkan amal itu pada diri mereka dan menjadikannya sebagai tempat bergantung untuk meraih apa yang mereka inginkan.

Sedangkan bentuk keikhlasan para muhibbîn (pencinta Allah) tergambar dalam niat amal mereka yang ditujukan sebagai wujud pengagungan dan penghormatan mereka terhadap Allah, yang memang layak mendapatkannya. Dalam beramal, mereka tidak bertujuan mendapat pahala atau takut dari siksa-Nya. Oleh sebab itu, Rabi’ah al-Adawiyah berkata, “Aku tidak menyembah-Mu karena takut neraka-Mu atau berharap surga-Mu.”

Sementara itu, keikhlasan para ‘ârif berbentuk kesaksian dan pandangan mereka bahwa Allah semata yang menggerakkan dan mendiamkan mereka. Mereka tidak merasa memiliki daya dan upaya dalam hal itu. Karena itu, mereka tidak beramal kecuali dengan bantuan Allah, bukan dengan daya dan kekuatan mereka. Tingkat keikhlasan para ‘ârif ini merupakan tingkat keikhlasan tertinggi.

Dan dalam hikmah berikut, Ibnu Atha’illah memberi tips bagai-mana cara meraih dan menumbuhkan keikhlasan:

اِدْفِنْ وُجُودَكَ فِي أَرْضِ الخُمُوْلِ ، فَمَا نَبَتَ مِمَّا لَمْ يُدْفَنْ لاَ يَتِمُّ نِتَاجُهُ

Kuburlah dirimu di tanah kerendahan! Sebab, sesuatu yang tumbuh tanpa dikubur (ditanam) hasilnya kurang sempurna.

“Tanah kerendahan” maksudnya, tanah di mana popularitas tak tumbuh subur. “Kuburlah dirimu di sana”, maksudnya, kau tidak usah menempuh sebab-sebab popularitas, seperti dengan cara menawarkan dirimu untuk sebuah jabatan yang membuatmu terkenal. Seandainya kau terpaksa terkenal, maka kau harus merendah hati dan jangan mencari kedudukan tertentu. Jangan memandang jabatan yang sedang kau sandang sebagai hal yang besar. Yakinlah bahwa kebaikan akan kau dapatkan saat kau meninggalkan itu semua. Tetapi, jangan kau tinggalkan semua itu kecuali atas bimbingan gurumu atau atas izin Tuhan-mu.

Halaman 1 2 3 4

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page