
Kemudian, Abu Bakar berkata kepada Aisyah bahwa ini merupakan perantara Rasulullah saw. Sebab, wahyu tersebut disampaikan melalui lisannya.
“Kata Abu Bakar kepada Asiyah, ‘Ini tentu ada wasilahnya, yaitu Rasulullah. Kau harus berterima kasih kepadanya. Andaikan tidak ada Rasulullah, pasti tidak akan pernah ada pembebasan ini,” ujar Pengasuh Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya itu.
Sikap Abu Bakar ini merupakan pertanda bahwa dirinya sudah mencapai level akmal. Memang, sejatinya Aisyah harus bersyukur kepada Allah swt atas turunnya ayat yang membebaskan dirinya. Tetapi, itu semua tidak lepas dari perantara Rasulullah.
Baca juga: Sayyid Muhammad Al-Maliki: Doa Dari Rasulullah ﷺ Agar Dunia Mengejarmu
Mendasari argumennya, Kiai Miftach mengutip hadits Nabi yang artinya, “Belum dikatakan bersyukur kepada Allah, jika dia belum berterima kasih kepada manusia.” (HR Ibnu Hibban).
Hanya saja, berhubung posisi Aisyah saat itu berada dalam level fana’ karena dalam kondisi pasrah total kepada Allah, maka ia tidak mempedulikan perkataan Abu Bakar. Ia hanya ingin bersyukur kepada Allah, tidak kepada yang lainnya, termasuk kepada Rasulullah.
“Kasus ini menunjukkan bahwa Abu Bakar berada dalam maqam (level) akmal, sementara Aisyah maqam fana’,” pungkas Kiai Miftach.